Kareem Abdul Jabbar, Lompatan Iman Raja Basket
 Islam adalah anugerah yang tinggi dalam menunjukkan jalan kebenaran umat manusia.
Sosok Kareem Abdul Jabbar diakui banyak pemain basket sebagai salah  satu pemain basket terbesar sepanjang masa. Shooting, Slam dunk,  rebound, block , maupun aksi lainnya, sangat memukau. Tak jarang,  lawannya dibuat kesulitan untuk membendung agresivitas pemain bertinggi  badan 2,18 meter ini.
Dengan dukungan postur tubuhnya yang sangat tinggi, Kareem Abdul  Jabbar sering kali melakukan aksi yang brilian. Lompatannya sering  mengundang kagum para penonton maupun tim lawan. Atas aksi dan  kesuksesannya membawa klubnya meraih tangga juara, Kareem Abdul Jabbar  pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik di kompetisi liga bola basket  Amerika Serikat (NBA  Most Valuable Player ). Predikat itu diraihnya  sebanyak enam kali.
Selama bermain di ajang NBA, ia berhasil membukukan rekor sebagai  pencetak angka tertinggi sepanjang masa dengan 38.387 poin. Karenanya,  ia mendapat julukan ‘Raja Bola Basket’. Dan berkat prestasinya ini, 19  kali ia terpilih untuk memperkuat tim NBA All-Star.
Karier pria kelahiran New York City, 16 April 1947, di ajang bola  basket Amerika dimulai ketika bermain untuk tim bola basket kampus,  Universitas California, Los Angeles (UCLA). Aksi-aksinya di tim UCLA,  mendapat perhatian serius para pelatih basket Amerika Serikat saat itu.
Dan tahun 1969, ia mendapat tawaran bermain di level kompetisi basket  tertinggi di Amerika Serikat (NBA) dengan bergabung bersama klub  Milwaukee Bucks. Di klub barunya ini, ia turut memberi andil besar  dengan merebut juara NBA tahun 1970-1971.
Pada 1975, ia bergabung dengan tim basket asal Kota Los Angeles, LA  Lakers. Di klub inilah karier Kareem makin melesat. Ia berhasil membawa  La Lakers merebut sejumlah gelar juara untuk klubnya. Di samping itu, ia  juga berhasil merebut gelar pribadi, yakni sebagai pemain terbaik NBA.  Di klub ini, ia bermain sejak 1975-1989.
Masuk Islam
Atas aksi-aksinya yang hebat itu, Kareem menjadi salah satu pemain  andalan NBA All-Star dan Amerika Serikat dalam ajang Olimpiade. Ia juga  menjadi pemain kebanggaan negeri Paman Sam tersebut. Tak hanya itu, ia  juga merupakan pemain kebanggaan umat Islam di seluruh dunia.
Ya, pemain bernama lengkap Ferdinand Lewis Alcindor Junior (Jr) ini,  adalah salah seorang atlet NBA pemeluk Islam. Ia mendeklarasikan diri  sebagai seorang Muslim pada saat kariernya tengah menanjak.
Saat itu, seusai mempersembahkan gelar juara NBA untuk Milwaukee  Bucks tahun 1971, dan pada saat yang sama merebut gelar pemain terbaik (  Most Valuable Player , MPV) dan ‘Rookie of the Year’ (Pendatang baru  terbaik) di Liga NBA, Kareem menyatakan diri memeluk Islam. Perpindahan  kepercayaan dari Katolik menjadi Muslim ini, dirasakannya sebagai sebuah  lompatan tertinggi selama hidupnya.
Ayahnya, Ferdinand Lewis Alcindor Sr, dan ibunya, Cora Lilian, adalah  seorang pemeluk Katolik. Karenanya, sejak kecil ia mendapatkan  pendidikan di sekolah Katolik. Oleh kedua orang tuanya, ia dimasukkan ke  Saint Jude School. Ketika duduk di bangku SMA, ia berhasil membawa tim  basket sekolahnya menjuarai New York City Catholic Championship.
Perkenalan Kareem dengan ajaran Islam terjadi lewat salah seorang  temannya yang bernama Hamaas Abdul Khaalis. Ia mengenal Hamaas melalui  ayahnya. Seperti halnya sang ayah yang seorang musisi jazz, Hamaas juga  pernah mengeluti musik jazz. Dia adalah mantan drumer jazz. Dari Hamaas  inilah, kemudian Kareem belajar banyak mengenai Islam. Ia juga sempat  berkenalan dengan Muhammad Ali (Cassius Clay) yang sudah menjadi Muslim.
Nama budak
Setelah banyak belajar Islam dari Hamaas, tekadnya untuk memeluk Islam  pun semakin bulat. Atas ajakan Hamaas, ia kemudian mendatangi sebuah  pusat kebudayaan Afrika di Harlem, di mana kaum Muslimin menempati  lantai lima gedung itu. ”Saya pergi ke sana dengan mengenakan jubah  Afrika yang berwarna-warni,” terangnya.
Kepada seorang pemuda yang ditemuinya di pusat kebudayaan Afrika ini,  ia mengutarakan niatnya untuk menjadi seorang Muslim. Di hadapan  mereka, ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Ketika pertama kali  mengucapkan kalimat syahadat, mereka memanggilnya dengan Abdul Kareem.
Namun, Hamaas berkata, ”Anda lebih tepat sebagai Abdul-Jabbar.” Sejak  saat itu, bertepatan dengan tanggal 1 Mei 1971 atau sehari setelah  Milwaukee Bucks memenangi kejuaraan NBA, ia memutuskan untuk mengganti  namanya dari Ferdinand Lewis Alcindor Jr menjadi Kareem Abdul-Jabbar.  Keputusan untuk mengganti nama tersebut, menurut Kareem, juga didorong  keinginan untuk menguatkan identitasnya sebagai orang Afro-Amerika dan  sebagai seorang Muslim. 
”Saya tidak akan menggunakan nama Alcindor. Secara literal itu adalah  nama budak. Ada seorang laki-laki bernama Alcindor yang membawa  keluarga saya dari Afrika Barat ke kepulauan Dominika. Dari sana mereka  pergi ke kepulauan Trinidad, sebagai budak, dan mereka mempertahankan  namanya. Mereka adalah budak-budak Alcindor. Jadi, Alcindor adalah nama  penyalur budak. Ayah saya melacak hal ini di tempat penyimpanan arsip,”  terangnya.
Sebagai anak satu-satunya, keputusan Kareem untuk memeluk Islam  sempat membuat khawatir kedua orang tuanya. Namun, kekhawatiran tersebut  berhasil ia tepis. ”Mereka tahu saya bersungguh-sungguh. Saya pindah  agama bukan untuk ketenaran. Saya sudah menjadi diri saya sendiri, dan  melakukan itu dengan cara saya sendiri, apa pun konsekuensinya.”
Baginya, Islam adalah anugerah dan hidayah Allah yang tertinggi dalam menunjukkan jalan kebenaran bagi umat manusia.
Rajin Belajar
Di sela-sela kesibukannya bermain basket, Kareem masih sempat  meluangkan waktu untuk mendalami Islam. ”Saya beralih ke sumber segala  ilmu. Saya mempelajari bahasa Arab. Saya mulai membaca Alquran dalam  bahasa Arab. Saya dapat menerjemahkannya dengan bantuan kamus. Untuk  menerjemahkan tiga kalimat saya membutuhkan waktu 10 jam, tetapi saya  memahami apa yang dimaksudkan secara gramatikal,” ujarnya.
Namun, diakui dia, cukup sulit baginya untuk bisa menunaikan  kewajiban shalat lima kali setiap hari. Kesulitan untuk menjalankan  shalat lima waktu ini, terutama dirasakan ketika ia sedang bermain.  ”Saya terlalu capai untuk bangun melakukan shalat Subuh. Saya harus  bermain basket pada waktu Maghrib dan Isya. Saya akan tertidur sepanjang  siang di mana saya seharusnya melakukan shalat Zuhur. Begitulah, saya  tidak pernah bisa menegakkan disiplin itu,” paparnya.
Begitu juga tatkala bulan Ramadhan tiba. Aktivitasnya yang cukup  padat di lapangan, terkadang memaksanya untuk membatalkan puasa. Untuk  membayar utang puasanya ini, Kareem selalu mengeluarkan fidyah.
”Karena saya tidak dapat berpuasa di bulan Ramadhan, saya selalu  memberi makan sebuah keluarga. Saya memberi sedekah. Saya memberi uang  kepada rekan sesama Muslim dan mengatakan kepadanya untuk apa uang itu.”  Pada 1973, Kareem mengunjungi Makkah, dan menunaikan ibadah haji.
Pada 28 Juni 1989, setelah 20 tahun menjalani karier profesionalnya,  Kareem memutuskan untuk berhenti dari ajang NBA. Sejak berhenti bermain,  menurut Kareem, dirinya menjadi semakin baik dan dapat menjalankan  semua kewajibannya sebagai seorang Muslim.
”Saya rasa saya harus beradaptasi untuk hidup di Amerika. Yang dapat  saya harapkan hanyalah semoga pada Hari Akhir nanti Allah rida atas apa  yang telah saya lakukan,” tukasnya.
Antara Akting, Menulis, dan Melatih
Setelah pensiun bermain basket, berbagai tawaran datang kepadanya.  Namun, bukan tawaran untuk melatih sebuah tim bola basket, melainkan  tawaran untuk beradu akting di depan kamera. Dunia akting sebenarnya  bukan merupakan hal yang baru bagi seorang Kareem Abdul-Jabbar. Ketika  masih memperkuat LA Lakers, ia pernah bermain di film  Game of Death  yang dirilis tahun 1978. Di film laga ini, ia harus beradu akting dengan  Bruce Lee. Tawaran untuk bermain kedua kalinya di film layar lebar  datang di tahun 1980. Saat itu ia harus memerankan tokoh kopilot Roger  Murdock dalam film komedi  Airplane! .   
Penampilan Kareem di layar televisi dan film tidak berhenti sampai di  situ. Ia tercatat pernah bermain di sejumlah serial televisi di Amerika  Serikat. Di antaranya adalah serial komedi situasi  Full House, Living  Single, Amin, Everybody Loves Raymond, Martin, Different Strokes, The  Fresh Prince of Bel-Air, Scrubs , dan  Emergency! . Dia juga muncul di  film televisi  Stepen King’s The Stand dan  Slam Dunk Ernest . Di serial   Full House , ia harus beradu akting dengan anaknya sendiri, Adam.
Pada 1994, Kareem juga menjajal peruntungannya di balik layar dengan  menjadi  co-producer eksekutif dari film televisi  The Vernon Johns  Story . Kemudian pada 2006, ia tampil dalam acara  The Colbert Report .  Pada 2008 ia berperan sebagai seorang manajer panggung dalam  Nazi Gold .
Di luar dunia akting, ternyata ayah dari Habiba, Sultana, Kareem Jr,  Amir, dan Adam ini memiliki bakat yang lain, yakni dalam bidang tulis  menulis. Selain dikenal sebagai pemain basket dan bintang film, Kareem  juga dikenal sebagai seorang penulis buku. Ia sudah menulis sedikitnya  tujuh buku yang kesemuanya  best seller .
Buku-buku hasil karyanya, antara lain  Giant Steps yang ditulisnya  bersama Peter Knobler (1987),  Kareem (1990),  Selected from Giant Steps  (1999),  Black Profiles in Courage: A Legacy of African-American  Achievement yang ditulisnya bersama Alan Steinberg (1996),  A Season on  the Reservation: My Sojourn with the White Mountain Apaches yang  ditulisnya bersama Stephen Singular (2000),  Brothers in Arms: The Epic  Story of the 761st Tank Battalion dan  WWII’s Forgotten Heroes yang  ditulisnya bersama Anthony Walton (2005), dan  On the Shoulders of  Giants: My Journey Through the Harlem Renaissance yang ditulisnya  bersama Raymond Obstfeld (2007).
Kendati demikian, olahraga basket tidak bisa dipisahkan dari diri  Kareem. Salah satu keinginan terbesarnya saat ini adalah bisa melatih  salah satu klub NBA. Setelah memutuskan berhenti bermain, posisi  tertinggi Kareem hanya sebagai asisten pelatih sejumlah klub NBA. Los  Angeles Clippers dan Seattle SuperSonics menggunakan jasanya untuk  melatih center muda Michael Olowokandi dan Jerome James.
Pada 2005, ia kembali ke Lakers sebagai asisten khusus pelatih kepala  Phil Jackson. Tugasnya mengasah kemampuan center muda Lakers, Andrew  Bynum. Ia dinilai berhasil dengan semakin meningkatnya performa Bynum.  Musim lalu, Kareem berjasa mengantarkan Lakers juara NBA dengan  kontribusi 14 poin dan delapan  rebound per  game .
Ia juga pernah menjadi pelatih kepala, tapi hanya di tim sekelas  Oklahoma Storm. Tim ini bermain di United States Basketball League pada  2002, sebuah liga kelas bawah tempat para pemain mengasah kemampuan  sebelum berkiprah di NBA atau liga-liga lain. dia/sya/taq
Biodata :
Nama Asli : Ferdinand Lewis Alcindor Jr
Nama Muslim : Kareem Abdul Jabbar
Masuk Islam : 1971
Lahir : New York City, 16 April 1947
Orang Tua : Ferdinand Lewis Alcindor Sr dan Cora Lilian
Klub Pertama : Tim Basket UCLA
Klub Profesional :
- Milwaukee Bucks (1969-1975)
- LA Lakers (1975-1989)
Penghargaan:
- Enam kali NBA MPV (1971-1972, 1974, 1976-1977, 1980)
- 19 kali menjadi tim NBA All Star (1970-1977 dan 1979-1989).
- Dua kali Finalis NBA MPV (1971, 1985)
- 10 kali All-NBA Team (1971-1973, 1974, 1976-1977, 1980-1981, 1984, 1986).
- Lima kali All-NBA Second Team (1970, 1978-1979, 1983, 1985).
- Lima kali NBA All-Defensive First Team (1974-1975, 1979-1981)
- Enam kali NBA All-Defensive Second Team (1970-1971, 1976-1978, 1984).
- NBA Rookie of The Year (1970)
- NBA All-Rookie Team (1970); dan banyak lagi
Prestasi :
- Juara NBA (1971) bersama Milwaukee Bucks
- Juara NBA (1980, 1982, 1985, 1987, 1988) bersama LA Lakers
Ref : http://yapono.wordpress.com/2009/11/15/kareem-abdul-jabbar-lompatan-iman-raja-basket/